Tuesday, January 17, 2017

RESENSI "SI CAMAR JONATHAN LIVINGSTON"

CAMAR JONATHAN LIVINGSTON MENEMBUS BATAS DIRINYA SENDIRI

Judul              : Si Camar Jonathan Livingston
Judul Asli      : Jonathan Livingston Seagull
Penulis           : Richard Bach
Penerjemah    : Ina Minasaroh
Penerbit           : Oncor Semesta Ilmu
Cetakan            : Pertama, 2011
Halaman           : x + 98 halaman
ISBN                 : 978-602-96828-4-7

    Si Camar Jonathan Livingston merupakan novel terjemahan dengan judul aslinya Jonathan Livingston Seagull”. Novel ini layak disebut sebagai novel motivasi pengembangan diri.
    Penulis mempergunakan camar sebagai tokoh utama yang diberi nama Jonathan Livingston. Novel ini menceritakan tentang kisah seekor camar yang bernama Jonathan (Livingston) yang ingin mengubah hakikat terbang seeokor camar yang hanya terbang untuk makan. Tetapi bagi Jonathan terbang adalah segalanya dan lebih dari apapun (hal 3).
    Banyak hal yang ingin dipelajari oleh Jonathann. Dia ingin terbang dengan kecepatan tinggi layaknya seekor elang dan dapat terbang di gelap malam seperti burung hantu. Tapi ia meyakini kekurangan seekor camar. “Jika aku diciptakan untuk terbang cepat; Harusnya aku punya sayap-sayap pendek elang pemburu, hidup memakan tikus, bukan ikan. Ayahku benar.” (hal 11)
    Tetapi Jonahan tidak menjadikan keterbatasan seekor camar untuk terbang dengan kecepatan tinggi dan terbang di gelap malam untuk dijadikan alasan untuk menyerah. Dia tetap berlatih; jatuh-bangun, hantaman angin, hingga tergeletak di tanah dilaluinya dengan penuh semangat.
    Hingga di suatu ketika Jonathan dipanggil ke tengah dewan perkumpulan camar-camar untuk menghakiminya karena telah menyalahi kodratnya sebagai seekor camar; terbang untuk mencari makan. Karena perbuatannya itulah Jonathan diasingkan oleh camar-camar lainnya dan hidup sendirian di tebing-tebing yang jauh.
    Tidak ada rasa penyesalan sedikit pun atas apa yang terjadi karena menurutnya terbang tidak hanya untuk makan. “Yang pernah diharapkannya pada sekumpulan camar kini telah dicapainya untuk dirinya sendiri; ia belajar terbang dan tidak menyesali harga yang telah dibayarnya.” hal (26) Di masa pengasingannya ia bertemu dengan dua ekor camar yang jauh lebih mahir dengannya dan belajar bersamalah Jonathan.
    Hal yang paling penting dalam hidup mereka adalah mencapai dan menggapai kesempurnaan hal yang palin mereka cintai: terbang. “... angka berapa pun adalah sebuah batasan, dan kesempurnaan tidak memiliki batasan.” (hal 42)
    Jonathan terus belajar terbang melawan batasan-batasannya, untuk memahami makna terbang melampaui sekadar terbang untuk mendapat makanan. Dan ia merasa apabila kembali ke kupulannya di akan tetap terusir. Jonathan selalu berprinsip bergeraklah sekerasnya yang penting tetap tenang.
    Beberapa bulan kemudian diputuskannya untuk kembali ke kelompoknya bersama murid-muridnya. Mereka datang ke kelompok dengan membentuk formasi luar biasa. Beberapa anggota kelompok melihat formasi demikian sehingga kagum dan ingin belajar hal yang sama pada Jonathan. Pelajaran yang selalu ditekankan Jonathan adalah selalu menjadi diri sendiri.
    “Camar Maynard, kau bebas untuk menjadi dirimu sendiri, dirimu yang sejati, di sini, sekarang juga, dan tak ada yang menghalangimu.” (hal 77)     Setelah melatih beberapa camar di kelompoknya, Jonathan menghilang. Dan para muridnya pun berlomba untuk belajar seperti sang gurunya, Jonathan.
    Penulis, Richard Bach menulis novel Jonathan Livingston Seagull ini terinspirasi dari seorang pilot kawakan lowa Aird Guard yang bernama Jhonny Livingston. Jhonny Livingston terbang bertahun-tahun daro lowa ke Florida. Ia salah satu pilot terbaik dan telah memenangkan beragam macam perlombaan terbang lintas negara.
    Novel ini sangat sarat makna untuk membangkitkan rasa kepercayaan diri; yang terpenting yakin dengan diri sendiri. Tidak ada batasan pada diri kecuali diri itu sendiri yang membatasinya. Meski kurang enak dilihat pada layoutnya yang hanya rata kiri, tetapi tidak mengurangi pesan maupun makna dari novel ini.
  

*Resensi Si Camar Jonathan Livingston dimuat di Haluan Minggu, 15 Januari 2017. Selamat menikmati :)